I think i know about something i don't know.

 Aku kira, aku cukup mengenal diriku. Meskipun aku belum pernah melihat lekat-lekat celah pantatku yang paling terpencil, atau lipatan-- lipatan tubuhku, atau setiap celah kulit kepala diantara rambut-rambutku yang tumbuh. Juga aku belum hidup cukup lama, untuk melampaui perasaan dan anomali yang dialami seseorang yang hidup cukup lama. Tapi; seumur hidupku, aku tahu hal yang pasti. Aku akan menghindar dari setiap orang; aku akan diam di setiap pembicaraan; aku akan mengabaikan orang-orang; aku tak akan banyak bicara, tertawa, atau pun menggumamkan lagu yang aku putar di kepala; lalu aku pasang air muka yang datar sepanjang hari. Itu pertanda bahwa perasaanku sedang sangat mudah teriritasi.

Lalu jika hari sudah gelap, dan waktunya akan tidur; aku menangis sesenyap mungkin menahan pekik agar tidak ada satupun, sekalipun itu orang rumah yang akan menyadari. Lalu aku terlelap; dan bangun, masih dengan hati yang diliputi awan mendung. Aku menghindar dari orang-orang yang mendekat, aku sedang menjadi kaktus dan tak ingin melukai.

Gejala ini sering aku alami. Mengenaskan, menangis diam-diam dan terlelap. Tapi aku bertahan, aku hanya cukup perlu menangis dan kembali menahan gempuran emosi yang mengiritasi itu lagi seperti karang penahan erosi. Aku cukup mahir melakukannya, aku akan bertahan sampai saat aku punya semua yang aku butuhkan untuk mentas dari kubangan ini. 

Jika satu waktu aku tak tahan lagi; satu, dua atau tiga orang aku satroni dengan bombardir pesan teks yang berisi betapa sakit, melelahkan dan betapi aku ingin pergi. Aku tak begitu sering melakukannya, karena aku tahu semua orang akan muak meladeni seseorang dengan pesakitan mental yang malah ia pelihara. Mereka jenuh dan lelah memberi saran  dan anjuran. Karena aku juga paham, meladeni curhatan itu juga menguras energi emosional dan akan tertular jika seseorang itu tidak siap mendengarkan. 

Alasan lain mengapa aku tak selalu merengek atas beban emosional yang aku pikul karena akan ada lontaran kalimat dari mereka yang membuat aku meragukan perasaan yang aku alami. Aku jadi bertanya; apakah aku berhak bersikap demikian?, apakah aku lemah?, apakah aku cengeng?, membuatku berfikir kembali untuk bertanggung jawab dan kembali menempatkan diriku seolah aku adalah orang itu yang (katakanlah) aku benci.

Aku tak akan mengelak jika dikatakan bahwa aku mencari validasi atas semua gejolak negatif yang ada di dalam. Karena aku membutuhkannya, dan orang lain juga membutuhkan hal yang sama. Aku tak butuh nasehat, saran, atau ceramah. Cukup katakan bahwa "Aku paham yang kau rasakan", atau bahkan bonus rangkulan cukup membuat wajahku banjir air mata, ucuran syukur dan terima kasih. Percayalah, setelah aku mencurahkan puing-puing ini, hati nuraniku akan membawaku kembali, menuntunku melakukan tindakan yang benar.


Comments

Popular posts from this blog

Maksud lagu If You Know That I'm Lonely dari FUR