Saat quarter life crisis benar-benar menghantam saya.
Saya mahasiswi pendidikan bahasa Inggris 23 tahun, belum juga lulus dan selama itu pula saya belum mempunyai pengalaman kerja yang sesungguhnya. Sedikit yang saya dapatkan dari mengikuti organisasi rohis tingkat jurusan dan fakultas dan satu oraganisasi kemanusiaan ekstra kampus. Pengalaman saya soal pekerjaan hanya sering kali mendapat honor atas pekerjaan penerjemahan abstrak atau jurnal, dan pengalaman mengajar hanya di waktu PPL. Keresahan saya selalu menghantui, saya takut tidak ada perusahaan yang akan menerima saya. Dan pertanyaan yang menjadi momok kelak adalah jika nanti interviewer bertanya apa yang saya lakukan selama ini sampai saya bisa telat lulus kuliah?. Pertanyaan itu sungguh membuat saya down.
Jujur penyesalan saya waktu kuliah adalah saya terlalu santai untuk mencari pengalaman semacam itu. Saya tidak cukup mendorong diri saya untuk berkembang, hingga akhirnya berbuah penyesalan dan membuat saya depresi. Satu tahun saya tertunda mengerjakan skripsi karena kepayahan menata kesehatan mental saya setiap hari. Kemudian singkatnya, awal 2020 ini saya mampu menyusun skripsi hingga bab 3, tinggal mencari sekolah yang mau menerima saya melakukan praktek. waktu itu saya pikir pandemi covid-19 ini tidak berlangsung lama. Diluar dugaan, sistem kelas daring menghalangi saya melakukan praktek yang membutuhkan tatap muka langsung dengan siswa. Oleh dosen pembimbing, saya disarankan untuk mengganti topik dan memulai dari awal lagi. Saya lakukan saran dari beliau dan sampai saat ini saya sudah hampir menyelesaikan bab 2. saya bersyukur karena fase depresi seperti waktu lalu tidak menghantui lagi.
Namun jujur, saya tetap merasa anxious tiap kali memikirkan kelak jika nasib saya akan kurang mujur karena saya melewatkan banyak hal saat masih ada kesempatan. Melewatkan yang semestinya menjadi pengalaman saya layaknya di lapangan kerja.
Banyak yang bilang kalau time zone, periode keemasan orang itu berbeda-beda, namun hal itu sama sekali tidak bisa menghibur saya. Memikirkan hal itu malah akan membuat saya lengah dan menyepelekan banyak hal. Dipikiran saya sudah menumpuk evaluasi dari kesalahan-kesalahan saya.
Hanya sekali lagi, saya takut... diusia saya yang sudah 23 tahun dan belum memiliki pegalaman kerja. Namun, sebelum penyesalan saya jauh terlambat, saya akan membenahinya. saya tidak mau hidup saya berakhir dan menunggu time zone itu. Sayalah yang akan menciptakan time zone saya sendiri. the harder you work, the luckier your you'll get.
Comments
Post a Comment
Nice to meet you, leave a comment.